Kali ini agak sedikit keluar dari ternak ayam, sedikit cerita tentang sesuatu yang saya alami. Peristiwa yang mungkin bisa menunjukkan kuasa yang dimiliki oleh Yang Maha Kuasa.
Beberapa tahun terakhir ini, saat pikiran sedang lega, sedang plong, hati sedang senang, sering saya berpikir ke belakang, flashback, dengan keadaan saya, kondisi saya, tentang berbagai peristiwa yang saling berkaitan.
Awal saya mulai merenung seperti ini adalah ketika saya menapaki hidup baru dengan orang lain yang disebut sebagai "istri". Ketika mulai memasuki fase pencarian calon istri, banyak pilihan yang ada, namun dalam perjalanannya tidak terlalu banyak lika-liku. Calon istri yang pertama usia terpaut 5 tahun lebih muda, sempat berjalan hampir 2 tahun, dan kandas karena tidak ada restu. Kelak di kemudian hari saya baru memahami bahwa doa orangtua, terutama IBU, sangat-sangat manjur dan di ridloi oleh Yang Maha Kuasa. Setelah yang pertama ini saya kenal dengan wanita yang sifatnya agak mirip dengan mantan, namun yang ini lebih dewasa, usianya 2 tahun lebih muda. Meskipun bertahun-tahun mempunyai hubungan komunikasi yang intens, sering ketemu, ada rasa saling tertarik, namun kami tidak pernah jadian sebagai pacar, bisa dibilang hanya TTM. Beberapa kali saya berniat untuk meresmikan hubungan kami namun seperti ada bisikan dari hati kecil saya: santai sajalah, gak usah tergesa, kamu sangat mudah mendapatkan yang ini. Akhirnya sampai suatu saat justru saya yang ditodong olehnya, kami pergi ke suatu tempat dan dia bertanya: kamu memposisikan saya sebagai apamu?
Dhueerr....!!
Dalam kondisi normal pasti kesempatan ini langsung saya sikat, apalagi Ibu saya bisa menerima keduanya, namun kondisi saat itu saya juga sedang dekat dengan wanita lain dan hubungan kami sepertinya akan serius. Usianya 5 tahun lebih muda, namun cukup dewasa seperti TTM saya.
Finalnya, TTM saya menikah 8 bulan setelah kejadian itu, dan saya melanjutkan hubungan dengan wanita yang kedua hingga sekarang telah sah menjadi istri saya dan telah memberikan 2 anak yang cantik-cantik, dan yang paling penting: dia support saya untuk tetap memelihara ayam, dan kemarin saat ayam saya hampir habis, tinggal 11 ekor + 6 anakan yang baru netas, dia tetap memberikan komen positif.
Saya tidak tahu kalau saya milih TTM saya apakah anak-anak saya akan sepintar dan secantik anak-anak saya ini? entahlah, itu rahasia Yang Maha Kuasa. Kebetulan lagi, TTM saya juga punya 2 anak perempuan, he..he..
Yang masih hangat berkaitan dengan ayam, sekitar 2 minggu yang lalu ayam saya yang dikebon telah habis tanpa sisa, trus kaitannya apa? Beberapa bulan sebelumnya kami sekeluarga dikumpulkan oleh Ibu untuk membicarakan hak waris kami. Keputusannya jelas, bagian masing-masing sudah jelas, semua mufakat. Kakak-kakak saya semua telah memiliki rumah, tinggal saya yang belum, jadi saya masih menempati rumah Ibu. Dua minggu yang lalu mendadak kakak saya bilang mau renovasi bagiannya, pilihan bagi saya adalah tetap di rumah itu dengan resiko debu, sekalian ikut renovasi bagian saya, atau ngontrak dulu. Sempat kepikiran renovasi sekalian, tapi tidak bisa mulai untuk bikin rumah sendiri. Malah tercetus ide, bilang kakak untuk "nyusuki" bagian saya, nggak nyangka kakak setuju, alhamdulillah....
Ternyata ini toh maksudnya Yang Maha Kuasa menghadiahkan aratan di kebon sehingga ayam saya habis, dengan demikian saya gak susah-susah lagi mikir ayam yang di kebon mau ditaruh dimana saat harus memulai untuk bikin pondasi. Meskipun kalau dihitung-hitung dana yang ada belum cukup untuk bikin rumah sampai finishing namun paling tidak keluarga saya punya rumah sendiri, hasil jerih payah kami sendiri, poin itu yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Ayam di kebon habis pun nggak masalah, saya ikhlas kalau balasannya seperti ini. Ibu saya pun beberapa kali bilang agar ayam saya dikurangi biar nggak terlalu repot ngurusnya. Mungkin Ibu saya juga berdoa agar anaknya yang bandel ini mau sedikit mendengar kata-kata Ibunya. Disamping itu, saya dipindah lagi dari tempat kerja saya, dan disini jam kerjanya dari pukul 07.00-16.00 WIB, namun hari Jumat pulang jam 15.00 WIB. Dipikir-pikir kalau ayam saya masih sebanyak yang kemarin memang sepertinya saya akan kerepotan mengatur waktu di pagi hari.
Kembali ke mujarabnya doa Ibu, akhirnya kejadian deh peristiwa yang menimpa saya dalam beberapa minggu terkahir ini, dan saya pikir kejadian-kejadian itu memang berkaitan dan mempunyai tujuan tertentu. Mudah-mudahan tahun 2016 kami sudah bisa menempati rumah kami sendiri, amin.... Bismilahhirrokhmaannirrokhiim...
Beberapa tahun terakhir ini, saat pikiran sedang lega, sedang plong, hati sedang senang, sering saya berpikir ke belakang, flashback, dengan keadaan saya, kondisi saya, tentang berbagai peristiwa yang saling berkaitan.
Awal saya mulai merenung seperti ini adalah ketika saya menapaki hidup baru dengan orang lain yang disebut sebagai "istri". Ketika mulai memasuki fase pencarian calon istri, banyak pilihan yang ada, namun dalam perjalanannya tidak terlalu banyak lika-liku. Calon istri yang pertama usia terpaut 5 tahun lebih muda, sempat berjalan hampir 2 tahun, dan kandas karena tidak ada restu. Kelak di kemudian hari saya baru memahami bahwa doa orangtua, terutama IBU, sangat-sangat manjur dan di ridloi oleh Yang Maha Kuasa. Setelah yang pertama ini saya kenal dengan wanita yang sifatnya agak mirip dengan mantan, namun yang ini lebih dewasa, usianya 2 tahun lebih muda. Meskipun bertahun-tahun mempunyai hubungan komunikasi yang intens, sering ketemu, ada rasa saling tertarik, namun kami tidak pernah jadian sebagai pacar, bisa dibilang hanya TTM. Beberapa kali saya berniat untuk meresmikan hubungan kami namun seperti ada bisikan dari hati kecil saya: santai sajalah, gak usah tergesa, kamu sangat mudah mendapatkan yang ini. Akhirnya sampai suatu saat justru saya yang ditodong olehnya, kami pergi ke suatu tempat dan dia bertanya: kamu memposisikan saya sebagai apamu?
Dhueerr....!!
Dalam kondisi normal pasti kesempatan ini langsung saya sikat, apalagi Ibu saya bisa menerima keduanya, namun kondisi saat itu saya juga sedang dekat dengan wanita lain dan hubungan kami sepertinya akan serius. Usianya 5 tahun lebih muda, namun cukup dewasa seperti TTM saya.
Finalnya, TTM saya menikah 8 bulan setelah kejadian itu, dan saya melanjutkan hubungan dengan wanita yang kedua hingga sekarang telah sah menjadi istri saya dan telah memberikan 2 anak yang cantik-cantik, dan yang paling penting: dia support saya untuk tetap memelihara ayam, dan kemarin saat ayam saya hampir habis, tinggal 11 ekor + 6 anakan yang baru netas, dia tetap memberikan komen positif.
Saya tidak tahu kalau saya milih TTM saya apakah anak-anak saya akan sepintar dan secantik anak-anak saya ini? entahlah, itu rahasia Yang Maha Kuasa. Kebetulan lagi, TTM saya juga punya 2 anak perempuan, he..he..
Yang masih hangat berkaitan dengan ayam, sekitar 2 minggu yang lalu ayam saya yang dikebon telah habis tanpa sisa, trus kaitannya apa? Beberapa bulan sebelumnya kami sekeluarga dikumpulkan oleh Ibu untuk membicarakan hak waris kami. Keputusannya jelas, bagian masing-masing sudah jelas, semua mufakat. Kakak-kakak saya semua telah memiliki rumah, tinggal saya yang belum, jadi saya masih menempati rumah Ibu. Dua minggu yang lalu mendadak kakak saya bilang mau renovasi bagiannya, pilihan bagi saya adalah tetap di rumah itu dengan resiko debu, sekalian ikut renovasi bagian saya, atau ngontrak dulu. Sempat kepikiran renovasi sekalian, tapi tidak bisa mulai untuk bikin rumah sendiri. Malah tercetus ide, bilang kakak untuk "nyusuki" bagian saya, nggak nyangka kakak setuju, alhamdulillah....
Ternyata ini toh maksudnya Yang Maha Kuasa menghadiahkan aratan di kebon sehingga ayam saya habis, dengan demikian saya gak susah-susah lagi mikir ayam yang di kebon mau ditaruh dimana saat harus memulai untuk bikin pondasi. Meskipun kalau dihitung-hitung dana yang ada belum cukup untuk bikin rumah sampai finishing namun paling tidak keluarga saya punya rumah sendiri, hasil jerih payah kami sendiri, poin itu yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Ayam di kebon habis pun nggak masalah, saya ikhlas kalau balasannya seperti ini. Ibu saya pun beberapa kali bilang agar ayam saya dikurangi biar nggak terlalu repot ngurusnya. Mungkin Ibu saya juga berdoa agar anaknya yang bandel ini mau sedikit mendengar kata-kata Ibunya. Disamping itu, saya dipindah lagi dari tempat kerja saya, dan disini jam kerjanya dari pukul 07.00-16.00 WIB, namun hari Jumat pulang jam 15.00 WIB. Dipikir-pikir kalau ayam saya masih sebanyak yang kemarin memang sepertinya saya akan kerepotan mengatur waktu di pagi hari.
Kembali ke mujarabnya doa Ibu, akhirnya kejadian deh peristiwa yang menimpa saya dalam beberapa minggu terkahir ini, dan saya pikir kejadian-kejadian itu memang berkaitan dan mempunyai tujuan tertentu. Mudah-mudahan tahun 2016 kami sudah bisa menempati rumah kami sendiri, amin.... Bismilahhirrokhmaannirrokhiim...