Sudah beberapa hari ini hujan mengguyur hampir tiap sore, sampai-sampai
jas hujan ini gak sempat kering sudah dipakai lagi. Karena hujan pula sampai
saat ini saya belum bisa bikin foto ayam-ayam yang sudah saya janjikan.
Daripada kelamaan nunggu bisa dapat foto mending saya nulis cerita masa lalu
saja ya…
Sekitar 12 tahun yang lalu, tahun 2001, saat itu saya masih
punya banyak waktu luang, maklum masih pengangguran, masih sering nongkrong
dengan teman-teman seperjuangan di kampung. Saat itu saya sudah menyelesaikan kuliah +
kursus, jadi saatnya berjuang mencari pekerjaan, maklum pikiran masih cupet,
modal belum punya. Beberapa kawan ada
yang baru selesai SMA, sebagian lagi masih kuliah, rame lah pokoknya. Kegiatan kepemudaan
di kampung saat itu juga bisa berjalan karena kami bisa kompak dan kami memang
ingin nama kampung kami bisa bersaing dengan kampung lain.
Saat sering kumpul-kumpul itu tercetus ide untuk bikin
kandang ayam di pekarangan kosong. Minta ijin dengan saudara pemilik tanah dan
mereka OK. Jadilah kami berdelapan kerja bakti bikin kandang, bambunya cari di
pinggir sungai, GRATIS !! Kami patungan dan pinjam ke koperasi di kampung kami
untuk modal awalnya, Alhamdulillah usaha kami bisa berjalan dan target saat itu
adalah bisa mengembalikan pinjaman dan tiap orang bisa bawa sepasang ayam
dewasa bisa tercapai. Seiring dengan berjalannya waktu, diantara kami ada yang
diterima bekerja, beberapa kawan lain sibuk kuliah dan macam-macam, dan tanahnya akan dipakai oleh
pemilik akhirnya usaha kami hentikan setelah berjalan sekitar 1,5 tahun.
Ayam dari kandang bersama yang saya pelihara beberapa waktu
kemudian sudah mulai bertelur, saya mulai bikin kurungan untuk anakan. Sambil
menunggu anakan mulai besar saya juga bikin kurungan untuk ayam dewasa. Proses
inilah yang membuat saya sangat menikmati beternak dan terus terbawa sampai
saat ini.
Beberapa bulan kemudian dapat sponsor pejantan dari kakak
ipar, dari pejantan ini muncul anakan yang fisiknya lumayan tapi tidak tahu
tarungnya seperti apa karena waktu itu saya belum tertarik menikmati tarung
ayam. Anakan-anakan tersebut beberapa
dibeli tetangga pemain ayam, sebagian lagi saya jual sendiri ke pasar, dan
sebagian lagi jadi ayam kiloan. Harganya sudah termasuk lumayan, waktu itu harga
jago yang sudah siap tarung ada dikisaran 200rb, ayam saya masih bersih belum
pernah diabar langsung dihargai 60rb. Dikasih harga segitu sudah seneng loh,
kan sudah merasakan hasil dari jerih payah sendiri dan gak perlu bawa ke pasar.
Tahun 2002 saya diterima kerja sebagai tenaga out-shourcing,
system kerjanya shift dan untuk cowok lebih sering masuk malam sehingga saya
masih punya banyak waktu untuk mengurus ternakan. Pekerjaan ini saya jalani
sampai menjelang akhir tahun 2003. Saat itu saya diterima bekerja di instansi
lain namun jam kerjanya kantoran, masuk jam 06.30 pulang jam 16.00. Sampai
tahun 2004 saya masih mencoba tetap memelihara ayam meskipun hanya saya urus sebisanya, bahkan
sebenarnya saat itu saya sudah membeli pejantan baru untuk meng-upgrade kualitas ternakan. Namun tidak
lama berselang setelah saya beli pejantan itu ada acara kantor yang tidak
mungkin saya tinggalkan, ada acara di luar kota selama 3 hari, ampuunnn…. Saya
sangat bimbang saat itu, karena dirumah hanya ada ibu saya, gak tega lah
meminta ibu ngasih makan ayam sampai 3 hari, selain itu ibu juga masih bekerja
dari pagi sampai siang. Pilihannya adalah akan tetap mempertahankan ternakan
tapi tak terurus dengan baik atau cukup sampai disitu saja. Akhirnya dengan
berat hati semua isi kandang saya jual borongan dengan harga ayam pasar, yach…
sebenarnya berat tapi mungkin inilah pilihan terbaik saat itu.
Tinggallah sebuah kurungan susun dengan 6 bilik yang kosong,
tidak terdengar lagi kokok ayam jantan di pagi hari, tidak tercium lagi bau
harum bekatul yang diseduh air panas, tidak ada lagi ciap-ciap anak ayam, tidak
pernah lagi ada kesempatan memandikan ayam jago di pagi hari, huhhhh…….
Tujuh tahun berlalu, tahun 2011, saya sudah menikah, sudah
punya anak hampir 2, alhamdulillah rejeki masih cukup untuk menghidupi keluarga
namun terpikir juga bagaimana 5 tahun yang akan datang, 10 tahun ?? 20 tahun?? Ngobrol
dengan istri kok punya pemikiran yang sama, harus punya tabungan cadangan. Saya
sampaikan kalau saya masih pengen melihara ayam lagi, kebetulan kantor sudah
tidak masuk jam 6.30 tapi jam 7.30 jadi masih ada sedikit waktu untuk
mengurusnya. Syukurlah istri juga setuju, mungkin karena melihat saudaranya yang
sudah berhasil bertahan hidup dengan memelihara ayam.
Akhirnya saat ini kurungan susun sudah ada isinya lagi,
sudah ada kokok ayam jantan lagi di pagi hari, tercium lagi bau harum bekatul yang diseduh dengan air panas, sudah terdengar
ciap-ciap anak ayam lagi, tapi belum bisa memandikan ayam lagi karena memang
belum ada waktu, libur Sabtu dan Minggu lebih banyak dimanfaatkan untuk
melengkapi keperluan kandang.
Banyak hal yang masih harus dibuat, diatur, disusun,
direncanakan dan dilaksanakan. Fokus saya sekarang adalah menyiapkan kandang untuk
ditempatkan di kebun. Baru 3 hari yang lalu, terealisasi sebuah kandang di
kebun untuk sepasang indukan. Rangka kurungan sudah saya selesaikan seminggu
sebelumnya tapi untuk pemasangan di kebun saya harus menunggu hari libur lagi,
padahal rencana saya akan ada setidaknya 4 kandang untuk indukan ukuran 1,5X2 m
dan minimal 3 kandang 2x2 m untuk pembesaran. Saya memang harus sangat optimis
target saya bisa terpenuhi karena dikandang yang di rumah sudah menunggu 1
babon siap produksi dan 6 calon babon yang tinggal menunggu hitungan bulan juga
sudah siap berproduksi. Dengan waktu luang yang sangat terbatas saya tidak
berani memberikan target berapa lama kandang-kandang itu dapat segera berdiri
di kebun, tapi harus dan segera… nah loh?!
Kok nggak minta orang lain untuk mengerjakan? Rencana awalnya
memang begitu karena mau bikin kandang besar pake kawat ram, tapi kini saya
putuskan untuk bikin kandang kecil saja pakai bambu asal ada peneduh tapi ayam
masih bisa jalan-jalan dengan nyaman. Dan satu lagi, bukannya pelit, tapi sebisa
mungkin saya harus memotong anggaran pengeluaran karena sebagian anggaran
kandang sudah terpotong untuk suatu hal yang lebih penting.
Kalau saja bisa cuti
sebulan penuh….
Jalan masih panjang kawan…..
update:
update:
Sampai saat ini, awal April 2013, baru ada 2 kurungan yang ada di kebun, 1 kurungan lagi rangka sudah siap tinggal nunggu waktu luang untuk diset di kebun. Persiapan di kebun sendiri juga perlu waktu karena harus memindah tiang besi yang ada di tengah-tengah kebun. Sementara baru tahap ini yang bisa dilakukan, untuk jangka panjang kandang akan saya tempatkan di ujung kebun menempel dengan dinding, sambil menunggu rumpun pisang yang diujung habis ditebang karena saat ini semua pohonnya sudah berbuah, sayang kalau gak ditunggu masak.
update:
Tiang besi yang ada ditengah kebun sudah disingkirkan, tiang besi lain yang dujung dan disebelah kanan juga sudah diambil yang punya. Alas rangka berupa conblok sudah saya pasang, tinggal nunggu waktu senggang lagi untuk memasang rangka. Ini nantinya hanya kandang tambahan, kandang-kandang utama akan ditempatkan diujung kebun. Rencananya hari Minggu (14/4/2013) kemaren akan dipasang tapi apa boleh buat ada arisan keluarga yang harus saya ikuti karena si kecil ikut mbahnya, sedangkan istri ngantar si kakak ikut lomba mewarnai. Mundur lagi deeehhhh....
update (14/05/2013):
sudah bisa menambah kurungan dan sudah ada isinya